Senin, 24 September 2012

Contoh Treatment Gue


Treatment
TREE

 


1.      SEGMENT – 1
Segerombolan anak berlarian di sekitar koridor. Dua sahabar yang saling berangkulan berjalan bersama sembari mengembangkan tawa mereka. Bangku-bangku di sekitar koridor menampakkan murid-murid yang duduk dan bercanda.

2.      SEGMENT – 2
Rere menyisir rambutnya yang panjang di depan cermin di dalam kamarnya. Saat ia tersenyum, tiba-tiba saja rambutnya rontok sebanyak genggaman tangan. Ia merasa panik, kepalanya berdenyut-denyut, hidungnya mengeluarkan darah, lalu ia pingsan begitu saja.

3.      SEGMENT – 3
Pagi hari, sebelum Rere berangkat ke sekolah, ia duduk di ruang makan bersama ibunya. Ia diam dalam kebisuan begitu lama dan hingga akhirnya ia tidak memakan masakan ibunya. Ia pergi begitu saja.

4.      SEGMENT – 4
Rere berjalan menghampiri supirnya –Pak Budi—yang tengah menunggunya di halaman rumah sambil membersihkan kaca mobil dan mereka pun berangkat menuju ke sekolah Rere.

5.      SEGMENT – 5
Saat jam istirahat, Rere menikmati bekal yang dibawakan ibunya di depan kelas. Ia duduk di sebuah bangku panjang sambil melihat teman-temannya yang hilir mudik berjalan di depannya. Lalu seseorang datang menghampirinya yang tak lain adalah Andrea sahabat Rere. Mereka pun bercanda bersama.

6.      SEGMENT – 6
Rere lari di sepanjang jalan koridor sekolah dan berusaha menuju taman belakang sekolah tepat waktu karena ia mempunyai sebuah janji untuk bertemu dengan Arga di tempat itu.

7.      SEGMENT – 7
Rere menghampiri seorang laki-laki yang sudah menunggunya sejak tadi. Lelaki itu adalah kekasihnya yang bernama Arga. Mereka tengah berencana untuk bertemu sore nanti.

8.      SEGMENT – 8
Sore hari ketika Rere dan Arga tengah berjalan untuk pulang setelah menonton film, mereka dihampiri oleh seorang pengemis. Pengemis itu meminta sedikit uang dari mereka dan Rere pun memberikan uangnya pada pengemis.
9.      SEGMENT – 9
Saat jam istirahat sekolah, Rere tengah mencari-cari buku Bahasa Jepang di perpustakaan, namun tak kunjung menemukan buku itu, lalu Andrea datang dan membantunya untuk mencari buku. Ketika mereka telah menemukan buku itu, terdengar suara barang jatuh di sana. Rere pun berusaha menolong Niko yang menjatuhkan buku-buku. Penjaga perpustakaan datang menghampiri mereka bertiga dan menghukum mereka karena perbuatan yang dilakukan Niko.

10.  SEGMENT – 10
Rere berlari dan masuk ke dalam toilet wanita. Ia berusaha menghilangkan dan menghapus darah yang semakin banyak menetes dari hidungnya.

11.  SEGMENT – 11
Setelah Rere pulang dari sekolah, ia masuk ke dalam rumah dan menjatuhkan tubuhnya ke atas kursi. Ibunya menghampirinya dan mereka saling berbicara.

12.  SEGMENT – 12
Rere bertemu dengan Arga di taman belakang sekolah untuk menyatakan keinginannya. Arga memberinya setangkai bunga. Mereka membisu sekian lama, lalu Rere mulai mengatakan keputusannya. Arga hanya dapat membisu mendengar kata-kata Rere.

13.  SEGMENT – 13
Rere menulis sepucuk surat untuk Arga di malam hari. Ia mencurahkan semua alasannya dalam surat itu, tapi tiba-tiba saja hidungnya mengeluarkan darah lagi dan iapun jatuh pingsan.

14.  SEGMENT – 14
Pagi hari, ibu Rere tengah menyuapi bubur kepada Rere, lalu tiba-tiba saja pintu kamar terbuka dan Arga berdiri di sana. Menampakkan wajah yang sedih. Ibu Rere keluar dari kamar dan memberikan waktu bagi mereka untuk berbicara. Seketika itu juga Rere menghembuskan napasnya yang terakhir.

15.  SEGMENT – 15
Rere membayangkan masa lalunya, saat ia pertama kali berjumpa dengan Arga di taman belakang sekolah. Di dekat sebuah pohon. Arga memberinya setangkai bunga dan menanyakan namanya ketika ia pertama kali melakukan MOS di sekolahnya.

16.  SEGMENT – 16
Saat jam istirahat sekolah, Arga tengah melamun dan duduk di depan kelas. Andrea berjalan menghampirinya dan menyerahkan surat terakhir dari Rere untuknya.


Jumat, 14 September 2012

Perakitan PC

wahahaha...
kali ini di pelajaran kompetensi keahlian multi media, ada tugas buat gambar ilustrasi berdasarkan bab kopetensi yang ada pada jurusan multi media.. :)
dan berdasarkan pemikiran gue yang awut-awutan gue dengan bangga memilih bab TARAA! Perakitan PC.. :) xixixi

berhubung gue nggak bisa gambar jadi gue pilih yang mudah buat gue..
Ok deh coba liat nih gambar awut-awutan gue :D


 wkwkwk. hasilnya begitu amazing :D
di gambar ini gue mengilustrasikan bahwa perkembangpan komputer atau PC dimulai dari persatuan antara monitor, casing, dan keyboard :D
lalu berkembang lagi menjadi LCD
lalu lebih kompleks lagi menjadi lepi
dan yang terakhir perkembangannya menjadi lebih multi fungsi menjadi PC tablet
HOREE!!
tepuk tangan buat si jenius penemu PC :D

Jumat, 07 September 2012

Contoh Tugas Skenario karyaku !


Skenario





TREE

FADE IN:
1.                  SEKOLAH – PAGI
Segerombolan anak berlarian di sekitar koridor. Dua sahabar yang saling berangkulan berjalan bersama sembari mengembangkan tawa mereka. Bangku-bangku di sekitar koridor menampakkan murid-murid yang duduk dan bercanda.

2.                  KAMAR TIDUR – SIANG
Cahaya matahari masuk menerobos jendela kamar Rere dan tertahan di atas lantai kamar. Seorang gadis berambut panjang menyisir rambutnya dengan senyum cemerlang di hadapan sebuah kaca. Tiba-tiba saja tangannya yang terkepal memegang rambutnya yang rontok. Rere memandang genggaman tangannya. Kejadian selanjutnya ia merasakan kepalanya mulai berdenyut-denyut dan hidungnya mengeluarkan darah. Lalu semuanya GELAP.

3.                  RUANG MAKAN – PAGI
Seorang gadis berkerudung putih dengan pakaian putih abu-abu bersama ibunya duduk di atas kursi. Di depannya terhidang berbagai jenis masakan. Sang ibu menatap anaknya dengan gelisah. Matanya menyiratkan perasaan pedih dan tertekan. Anaknya yang sedari tadi duduk di hadapannya hanya memandang kosong ke piring di depannya. Matanya menyiratkan rasa letih. Tak tahan dengan keadaan itu, ibu Rere pun berjalan ke arahnya dan mengelus kepalanya.

IBU RERE
(sedih)
Apa kau yakin tidak ingin memakan makanan yang sudah ibu buatkan untukmu?

RERE
(menatap ibunya)
Tidak, Ma. Aku mau berangkat sekolah!
(mengambil tas di sisinya dan pergi keluar rumah)

IBU RERE
(berteriak)
RERE!

4.                  HALAMAN RUMAH – PAGI
Seorang laki-laki paruh baya membersihkan kaca depan mobil ketika Rere datang menghampirinya. Pak Budi segera menghampiri Rere dan memasukkan kain lap ke dalam saku celananya.

PAK BUDI
(tersenyum)
Pagi, Non. Apa kabar?
RERE
(tersenyum singkat)
Pagi, Pak. Aku baik-baik saja. Apa kita bisa berangkat sekarang.

PAK BUDI
(berjalan ke dekat pintu mobil dan membukanya)
Siap, Nona. Silahkan masuk!

Rere tersenyum dan masuk ke dalam mobil. Sementara Pak Budi berjalan ke sisi mobil yang lain dan mulai tancap gas menuju sekolah.

5.                  BANGKU DEPAN KELAS – JAM ISTIRAHAT
Dua orang siswi yang membawa buku dan tersenyum bersama lewat di depan Rere yang tengah menikmati bekal di sebuah bangku di depan kelasnya. Ia kembali meneruskan menyantap roti isi selai strawberrynya ketika seorang gadis mungil berlari ke arahnya. Kepang kuda gadis itu bergoyang ke kanan dan kiri saat ia berlari. Rere tersenyum dan bangkit dari bangku itu, ia menyambut Andrea –sahabatnya—dengan sebuah pelukan.

RERE
(tersenyum senang dan melepaskan pelukan)
Andrea, ada apa ke sini? Kau tidak rapat OSIS?

ANDREA
(memanyunkan bibirnya)
Masa bodoh sama rapat. Sudah seminggu aku tidak bertemu sahabatku. Masak aku harus meninggalkanmu demi rapat konyol.

Mereka berdua duduk di bangku panjang tadi. Rere menawarkan roti isinya kepada Andrea yang menerima dengan mata berbinar-binar

RERE
(memandang taman di depan)
Walau begitu kau harus tetap menjalankan tugasmu. Kau itu anggota OSIS jadi kamu harus melakukan tanggung jawabmu terhadap jabatanmu.

ANDREA
(memandang Rere)
Ah, kau ini. Aku kan lagi kangen sama sahabatku.
(melingkarkan kedua tangannya ke leher Rere)

Mereka berdua bercanda bersama dan melewatkan hampir setengah jam istirahat dengan tertawa. Setelah Rere menghabiskan roti isinya dan tak sengaja melihat jam tangannya. Ia teringat sesuatu.

RERE
(melotot)
Gawat! Kenapa aku bisa sepikun ini sih?

ANDREA
(meneliti wajah Rere)
Ada apa? Apa kau melupakan sesuatu?

RERE
(memegang kedua tangan Andrea)
Aku harus pergi. Aku ada janji dengan Arga.
(menatap dengan tatapan memohon)

ANDREA
(menyunggingkan senyum)
Pergilah! Dia pasti sudah menunggumu dari tadi.

RERE
(tersenyum dan sedikit berdiri dari bangku)
Terima kasih, kawan!
(berlari melalui koridor)

ANDREA
(berteriak)
Good luck, Re!

6.                  KORIDOR – JAM ISTIRAHAT
Rere berlari di sepanjang koridor dan segera menuju taman belakang sekolah. Ia mendaki tangga dan berbelok di tikungan sebelum sampai di taman.

7.                  TAMAN BELAKANG SEKOLAH – JAM ISTIRAHAT
Seorang laki-laki berambut cepak berdiri di depan sebuah bangku panjang sedang memperhatikan lapangan bola yang ada di depannya. Tangan kanannya di masukkan ke dalam saku celana. Rere merapikan kerudung putihnya dan seragamnya sebelum berjalan dengan perlahan menghampiri Arga yang tak lain adalah kekasihnya. Arga menghela napas panjang dan menoleh kea rah datangnya Rere. Ia tersenyum senang melihat orang yang ditunggunya akhirnya datang.

RERE
(menundukkan kepala)
Maaf aku telat. Aku kelupaan. Apa kakak sudah lama menungguku?

ARGA
(tersenyum)
Tidak apa-apa. Oh, ya. Ayo, duduk!

Mereka berdua duduk di masing-masing sisi bangku.

RERE
(menghela napas)
Ada apa? Mengapa kakak mengajakku bertemu?

ARGA
(menoleh dan memandang Rere)
Apa aku salah jika aku merindukan kekasihku?

RERE
(tersenyum malu)
Tidak kok.

ARGA
(menautkan kedua telapak tangannya dan menaruh sikunya di atas lutut)
Apa kau ada acara sore ini?

RERE
(berpikir)
Tidak. Memangnya kenapa?

ARGA
(tersenyum dan memandangnya)
Aku ingin mengajakmu jalan-jalan dan menonton sebuah film. Ada film terbaru yang akan tayang.

RERE
Jam berapa?

ARGA
Sekitar jam 3 sore. Aku janji kita tidak akan pulang malam. Paling larut jam 6 sore.

RERE
(tersenyum senang)
Okelah kalau begitu. Jam 3.

ARGA
(tersenyum)
Jam 3. Aku jemput di rumahmu.

Rere tersenyum sebelum akhirnya pergi meninggalkan Arga sebelum bel masuk kelas berbunyi.

8.                  PINGGIR JALAN – SORE
Matahari menampakkan cahayanya yang mulai memudar dan akan kembali menuju peraduan. Awan di atas langit berpendar keabuan. Rere dan Arga berjalan di pinggir jalan setelah menonton film di bioskop. Mereka tertawa bersama disela perjalanan mereka.
Rere tertawa mendengar lelucon yang dikatakan oleh Arga dan mereka berbelok sebelum perempatan. Tiba-tiba seorang pengemis berjalan menghampiri mereka. Seorang bapak-bapak yang terbatuk-batuk dengan pakaian compang camping berjalan mendekat. Setelah dekat ia mulai menengadahkan telapak tangannya. Rere memandang dengan iba.

PENGEMIS
(menengadahkan tangan dan memegang perutnya)
Sedekahnya, mbak.

RERE
(menatap iba)
Aduh, kasihan sekali

PENGEMIS
(memegang perutnya)
Saya sudah seminggu tidak makan, mbak.

RERE
(merogoh-rogoh tasnya)
Ini untuk bapak. Maaf nilainya tidak seberapa. Semoga itu cukup.

PENGEMIS
(menerima uang itu)
Terima kasih, mbak. Mbak baik sekali.

Pengemis itu lantas pergi dari hadapan mereka dengan wajah berseri-seri. Rere mengatur letak tasnya di pundak dan melanjutkan perjalanan. Sementara itu Arga tersenyum di belakang Rere dan merasa kagum.

RERE
(berbalik menghadap Arga dan cemberut)
Kenapa senyam senyum terus?

ARGA
(menutup mulut dengan tangannya)
Maaf. Aku kagum melihatmu. Biasanya orang memberi pengemis uang seribuan, tapi kamu malah 50 ribuan. Wow, pengemis bisa cepat kaya bila mondar mandir dihadapanmu.

RERE
(menghela napas)
Kita sebagai manusi yang diciptakan oleh Allah dengan keadaan yang lebih baik dari saudara kita yang lainnya, berarti kita wajib menyisihkan uang untuk mereka yang pantas dibantu.

Mereka berdua melanjutkan perjalanan.

ARGA
(tersenyum tanpa menatap Rere)
Kau wanita yang baik dan sholehah. Aku beruntung.

RERE
(menatap Arga)
Mengapa beruntung?

ARGA
(balas menatap Rere)
Karena memilikimu.

RERE
(menyunggingkan senyum tipis)
Aku bukan milikmu, tapi milik Allah.

ARGA
(menatap jalan)
Maksudku aku beruntung bisa memiliki pacar sepertimu.

Mereka berdua tersenyum satu sama lain dan melanjutkan perjalanan mereka.

9.                  PERPUSTAKAAN SEKOLAH – JAM ISTIRAHAT
Rere memeriksa sejumlah buku yang tertata rapi di rak perpustakaan. Matanya mencari-cari judul buku yang sedang dicarinya. Andrea berjalan mengendap-endap dibelakangnya sebelum menyentuh pundak Alisa dan mengagetinya.

ANDREA
(berteriak)
Duarrr!!

RERE
(terlonjak kaget)
Astaghfirullah, Andre!
(mengelus dada)

ANDREA
(tertawa terbahak-bahak)
Sorry, kawan. Hehehe. Peace!

RERE
(memalingkan wajah dan kembali mencari buku)
Dimana ya?

ANDREA
(celingukan di belakang punggung Rere)
Cari apaan sih kamu ini? Kulihat dari tadi kamu sibuk sendiri.

RERE
(menarik buku-buku dari rak)
Ini lho buku pelajaran Bahasa Jepang

ANDREA
(tersenyum)
Oh, buku Bahasa Jepang. Kalau buku itu bukan disini tempatnya. Tapi di sini nih!
(menarik lengan baju Rere)

RERE
(memegang tangan Andrea di bahunya)
Aduh, aduh, Andrea.

ANDREA
(menunjuk rak buku di depan mereka)
Di sini nih tempatnya

RERE
(berbinar-binar)
Wah, makasih, kawan. Kau benar-benar membantu.

ANDREA
(menyentuh kerah bajunya sambil berlagak)
Andrea gitu lho!

Mereka berdua pun tertawa dan bercanda bersama, lalu sebuah suara “GEDUBRAK” mengagetkan dan menghentikan tawa mereka.

RERE
(berbisik)
Suara apa itu?

ANDREA
(mengayunkan tangan sembari mengajak)
Ayo kita lihat!

Di perpustakaan itu tidak ada orang lain selain mereka berdua. Mereka pun berjalan mengendap-endap dan melihat Niko –teman sekolah mereka yang terkenal bandel—jatuh di atas lantai, sedangkan buku-buku berserakan di dekat kakinya.

NIKO
(menyentuh pantatnya)
Aduh!!

RERE
(menghampiri Niko dan menyentuh lengannya)
Kau tidak apa-apa?

NIKO
 (menepis tangan RERE)
Aku tidak perlu bantuanmu, anak tengik!

ANDREA
(berjalan menghampiri mereka berdua)
Mengapa kau kasar sekali, Niko? Padalah Rere cuma ingin menolongmu.

Niko membalas tatapan Andrea dengan tajam. Ia membersihkan sikunya dan akan bengkit berdiri tapi ia jatuh lagi ke atas lantai, namun ia berhasil berpegangan pada rak buku.

RERE
(memandang Niko)
Hati-hati

NIKO
(berteriak)
Jangan menolongku!

ANDREA
(memandang Niko sambil berteriak)
Kau jahat sekali, Niko! Dia hanya ingin menolongmu!

RERE
(menyentuh dan melepaskan tangan Andrea)
Berhenti Andrea. Niko hanya akan tambah kesal jika kau begitu.

ANDREA
(menatap Rere)
Rere….

Rere menatap Andrea dengan tatapan memohon. Andrea melengos tanpa memandang Niko, sedangkan Niko mendengus dan berdecak sebal.

Tak lama setelah itu seorang laki-laki datang dan menghampiri mereka. Laki-laki berumur separuh baya itu, tak lain adalah penjaga perpustakaan.

PAK PENJAGA
(berteriak)
Hei, ada apa ini? Mengapa kalian rebut-ribut sendiri?
(melotot kepada ketiga siswa)

RERE
(menggaruk lehernya dengan gusar)
Anu, Pak…

PAK PENJAGA
(memuntir kumisnya)
Ona. Anu. Ona. Anu.

ANDREA
(memandang pak penjaga)
Begini, Pak, kami hanya ingin membantu Niko yang terjatuh. Sebenarnya bukan kami sih, tapi Rere. Aku sih nggak tertarik nolongin gerandong kayak dia.
(melirik Niko lalu melengos begitu saja)

RERE
(menyentuh punduk Andrea)
Andrea, ah…

ANDREA
(marah)
Udahlah, Re, orang macam dia itu nggak pantas dibantu. Orang kaya sombong yang sok!
(melirik Niko dengan kesal)

PAK PENJAGA
(melepaskan tangannya dari kumis)
Halah-halah. Sudah! Kalian semua bapak hukum.

ANDREA
(melotot)
Hah? Dihukum? Bapak nggak salah ngomong? Kami Cuma niat bantuin tuh orang. Kenapa kami ikutan dihukum?

PAK PENJAGA
(menaruh kedua tangan di pinggul)
Eh, anak kecil ini, dibilangin kok ngeyel. Kalian udah membuat keributan di perpustakaan. Jadi kalian harus menyapu dan menata buku-buku yang jatuh itu.

Setelah memberikan hukuman, penjaga perpustakaan itu pergi dan meninggalkan ketiga sisiwa di sana. Andrea kesal dan menghentakkan kakinya di lantai.

ANDREA
(mendengus sebal)
Ah! Dasar! Ini semua gara-gara lo tau nggak!
(menunjuk Niko yang sedari tadi diam)

NIKO
(melotot pada Andrea)
Kalau karena gue, emangnya kenapa, NONA SOK JAGO!

ANDREA
(melangkah maju sambil mengepalkan tangan)
Tutup mulut, orang jahat!

RERE
(menahan langkah Andrea)
Andrea, cukup!

ANDREA
(memandang Rere dan menghela napas panjang)
Tapi, Re!

Rere tersenyum dan menggiring temannya untuk mencari sapu dan mulai membersihkan perpustakaan. Sementara itu Niko dengan sebal dan mengutarakan kata-kata tidak jelas, mulai merapikan buku-buku yang terjatuh.
Andrea menyapu lantai perpustakaan dengan wajah sewot. Rere menghampiri Niko dan membawakan obat oles untuk pergelangan kakinya.

NIKO
(melirik Rere)
Ngapain lo kesini lagi?

RERE
(memberikan obat pada Niko)
Aku Cuma mau ngobatin kakimu, kok.


NIKO
(tersenyum sinis)
Gue nggak butuh tuh.

Tanpa memandang Rere, Niko langsung meneruskan pekerjaannya untuk menata buku. Di sampingnya Rere menghela napas dan menaruh obat itu di atas meja. Ia lalu berjalan ke samping Niko dan membantunya menata buku.

NIKO
(memandang Rere dengan sebal)
Ngapain lo masih di sini?

RERE
(tersenyum)
Aku cuma mau bantuin kamu aja.

NIKO
(marah)
Harus berapa kali lagio gue bilang ini ke lo! GUE NGGAK BUTUH BANTUAN!

RERE
(tersenyum)
Setiap manusia membutuhkan bantuan dari orang lain, Nik.

NIKO
(melotot)
Gue enggak tuh!

RERE
(mengangkat bahu dan melanjutkan menata buku di rak)
Ya, sudah.

NIKO
(meringis kesakitan sambil memegang pergelangan kaki)
Aduh!

RERE
(menghampiri Niko dan membawa obat tadi)
Kenapa, Nik? Sakit, ya? Ini obatnya.

Rere mengulurkan obat oles yang di pegangnya kepada Niko. Niko menerimanya dengan kasar dan mulai mengurut sendiri pergelangan kakinya yang terluka. Ia membiarkan Rere begitu saja. Lama mereka diam dalam kebisuan, kepala Rere seperti diserang seribu tawon. Kepalanya kembali berdenyut-denyut dan hidungnya mengeluarkan darah. Niko menoleh dan mengawasinya.

NIKO
(tersenyum sinis)
Kenapa lo?

RERE
(memegang hidung)
Nggak papa kok.

Rere langsung berlari keluar perpustakaan sambil menutupi hidungnya.

ANDREA
(berteriak)
Re, kamu kenapa?

10.              TOILET WANITA – JAM ISTIRAHAT
Rere membersihkan darah di hidungnya di kamar mandi. Setelah itu ia membasuh wajahnya di depan cermin. Dan menyumpal hidungnya yang mengeluarkan darah dengan tishu. Ia hampir saja terjatuh, namun tangannya berhasil berpegangan pada kaca di depannya.

11.              RUANG TAMU – SIANG
Rere yang lelah sehabis pulang sekolah langsung duduk di kursi dan melemparkan tasnya ke lantai. Ibunya yang baru saja akan menghampirinya terlihat khawatir terhadap anaknya.
IBU RERE
(cemas)
Rere, ada apa?

RERE
(tersenyum)
Tak apa, ma. Hanya kelelahan.

IBU RERE
(duduk disamping Rere dan menyentuh pundaknya)
Mau mama ambilkan minum? Tunggu sebentar ya, sayang.

Sebelum ibu Rere pergi, Rere menyentuh tangan ibunya.

IBU RERE
(menoleh dan duduk kembali)
Ada apa, sayang?

RERE
(tersenyum)
Hanya ingin bilang. Aku cinta mama karena Allah.

Mereka berpelukan. Ibu Rere berkaca-kaca mendengar perkataan anaknya.

IBU RERE
(mengelus punggung anaknya)
Mama juga sayang Rere karena Allah.

RERE
(melepaskan pelukan)
Maafin Rere, mah. Rere nggak bisa jadi anak yang baik buat mama. Ayah sudah meninggal dan sebentar lagi Rere akan menyusulnya. Tapi Rere janji mama nggak akan sendirian. Rere akan melihat dan mengawasi mama dari atas sana.

IBU RERE
(menyentuh pipi anaknya)
Jangan berkata begitu, nak.

RERE
(memegang tangan ibunya)
Ma, memang itu kenyataannya. Mama mau kan memaafkan Rere.

IBU RERE
(mengangguk dan menarik napas panjang)
Mama sudah memaafkanmu.

12.              TAMAN BELAKANG SEKOLAH – JAM ISTIRAHAT
Rere menyentuh tubuh pohon angsana yang ada di hadapannya. Sedari tadi ia berdiri di san sendirian dan menanti Arga yang belum juga datang. Setelah lama menanti Arga menghampiri Rere dan menyapanya.

ARGA
(tersenyum)
Hai, apa sudah lama menunggu?

Rere
(mengangkat kedua pundaknya)
Yah, lumayan.

ARGA
(membuat wajahnya terlihat merasa bersalah)
Maafkan aku. Tapi aku punya hadiah untukmu.
(mengeluarkan bunga sepatu dari balik punggungnya)

Rere tersenyum dan menggelengkan kepalanya. Mereka lalu berjalan dan mendekat. Rere mengambil bunga di tangan Arga tanpa menyentuh tangannya.

RERE
(mencium bunga)
Terima kasih.
(tertawa)

ARGA
(menggaruk belakang kepalanya)
Mengapa tertawa? Memangnya ada yang lucu ya?

RERE
(duduk di bangku dan memandang lapangan di depannya)
Ya lucu saja. Setiap laki-laki member bunga mawar merah untuk orang yang di cintainya. Sementara kau memberiku bunga sepatu. Apa tidak aneh?

ARGA
(tersenyum)
Aku ingin jadi laki-laki berbeda. Dan tidak monoton.

Mereka diam dalam kebisuan begitu lama sampe akhirnya Rere mengumpulkan keberaniannya untuk mengatakan hal itu kepada Arga.

RERE
(menarik napas)
Aku ingin putus.

ARGA
(kaget dan menoleh kepada Rere)
Apa maksudmu?

RERE
(memandang kebawah)
Aku ingin putus. Hanya ingin putus. Maafkan aku.

Rere berdiri dari bangku dan saat ia berjalan melewati Arga, ia berhenti. Arga mulai berdiri dan berkata.

ARGA
(sedih)
Setidaknya, beritahu aku apa alasanmu?

Rere hanya bisa menghela napas dan melanjutkan perjalannannya. Bunga yang dipegangnya jatuh ke atas tanah. Arga hanya dapat menatap bunga itu dengan sedih.

13.              KAMAR TIDUR – MALAM
Rere menuliskan sepucuk surat untuk Arga sebelum ia tidur. Belum selesai surat itu dibuat kepalanya terasa pusing lagi. Hari demi hari rasa pusing itu semakin bertambah. Ia tak memperdulikan rasa sakit yang dideritanya dan darah yang menetes dari hidungnya. Ia tetap melanjutkan menulis surat itu, hingga di bait terakhir ia selesai, rasa sakit itu tak bisa ditahannya lagi. Ia berjalan ingin menuju pintu.

RERE
(berteriak)
MAMA!

Ibu Rere masuk ke kamar Rere dan melihat anaknya sudah dalam keadaan tak sadarkan diri di atas lantai.

14.              KAMAR TIDUR – PAGI
Di dalam kamar, ibu Rere sedang menyuapi anaknya dengan semangkuk bubur. Belum selesai ia menyuapkan sendok terakhir pintu kamar sudah terbanting terbuka. Arga berdiri mematung di ambang pintu. Ibu Rere menaruh mangkuk di atas meja lalu mempersilahkan Arga untuk masuk.
Arga lalu berjalan menghampiri Rere dan duduk di sampingnya. Ia tidak melepaskan tatapannya dari wajah Rere.

RERE
(parau)
Arga.

ARGA
(sedih)
Rere, mengapa bisa begini?

RERE
(tersenyum)
Aku taka pa kok. Hanya sakit biasa.

ARGA
(memandang wajah Rere)
Berhenti membohongiku mulai dari sekarang. Andrea sudah menceritakan semuanya. Kau. Kenapa kau membohongiku? Kenapa kau tak menceritakan semua ini padaku? Dan mengapa kau tidak pergi ke rumah sakit?

RERE
(tersenyum)
Banyak sekali pertanyaanmu. Aku jadi bingung harus jawab yang mana. Aku tidak bisa masuk rumah sakit. Aku ingin menghabiskan waktu terakhirku bersama mama. Aku tak bercerita karena aku tak ingin kamu sedih. Aku tidak berbohong hanya tidak bercerita.

ARGA
(menghela napas)
Aku hanya ingin kau bicara padaku tentang hal ini.

RERE
(memandang Arga)
Aku tak ingin kau sedih.

ARGA
Sekarang aku jadi tambah sedih karena tak tahu sejak awal.

RERE
(menghela napas)
Maafkan aku. Maaf aku tidak bercerita.

ARGA
(tersenyum)
Hei, aku tetap mencintaimu. Jangan sedih. Kau akan sembuh.

Arga berusaha tersenyum dan menghibur kekasihnya, namun hatinya terasa sakit seperti di injak-injak berton-ton gajah. Rere merasakan pening yang teramat pada kepalanya. Ia mengernyit menahan sakit.

ARGA
(memandang Rere)
Ada apa?

RERE
(memegang kepalanya)
Waktuku tidak lama.

ARGA
(sedih)
Jangan berkata begitu.

RERE
(memandang Arga)
Waktuku sudah habis. Biarkan aku bicara. Aku minta maaf tidak bisa bertahan lama denganmu. Maaf tidak pernah membicarakan ini denganmu. Aku hanya ingin kau bahagia. Aku berharap jika aku bisa memulai kehidupan kedua. Aku ingin bersamamu. Tapi itu semua tergantung Allah.

ARGA
(menunduk)
Rere.

RERE
(tersenyum)
Selamat tinggal, Ar. Senang bisa mengenalmu. Jalani hidupmu dengan lebih baik lagi. Kau tetap kekasihku sejak awal hingga akhir.

Rere menutup matanya dan Arga meneriakkan namanya lalu Ibu Rere, Pak Budi, dan Andrea masuk ke dalam kamar. Mereka semua hanya dapat menunduk di sebelah ranjang Rere.




15.              TAMAN SEKOLAH – PAGI
Dalam tidurnya yang panjang Rere membayangkan saat pertama kali ia berjumpa dengan Arga di taman belakang sekolah. Pria itu sedang menjalankan hukumannya karena telat masuk kelas. Ia berjongkok dan memotong rumput di lapangan bola.
Rere yang tengah kabur karena di kejar-kejar kakak kelas yang ingin berkenalan dengannya langsung berlari dan bersembunyi di belakang bangku.
Arga yang menyadari kehadiran Rere langsung berjalan menghampirinya dengan mengendap-endap. Rere yang mengira kakak kelas itu sudah pergi lalu berdiri dari persembunyiannya.


RERE
(kaget)
Aaaaa…

Rere menutup wajahnya dan Arga tertawa memperhatikannya.

RERE
(melepaskan tangan dari wajahnya)
Si… siapa kamu? Mengapa kamu tertawa?

ARGA
(tersenyum lebar)
Kau lucu. Ada apa adik kecil? Mengapa kamu bersembunyi?

Rere masih ingat hari itu. ia memakai seragam SMPnya dan kain yang di selempangkan di lehernya seperti dasi. Ia tengah menjalani MOSnya yang pertama.

RERE
(gugup)
Anu, tadi ada cowok yang mengejarku. Aku takut. Jadi aku bersembunyi.

ARGA
(tersenyum)
Sudah jangan nangis. Aku punya hadiah untukmu.

Arga berjalan ke sebuah tanaman dan memotong bunga sepatu dari sana. Ia lalu memberikannya kepada Rere.

ARGA
(memberikan bunga)
Ambillah!

RERE
(menunjukk dirinya)
Untuk Rere?

ARGA
(kembali menyodorkan bunga lebih dekat)
Iya, ini untukmu!

Takut-taku Rere mengambil bunga itu, Arga tersenyum melihatnya. Rere pun ikut tersenyum.

RERE
(tersenyum)
Terima kasih. Kakak baik sekali.

ARGA
(tersenyum)
Aku memang baik. Jadi itu namamu? Rere? Nama yang cantik.

RERE
(tersenyum tipis)
Iya, Anasya Renata Kusumo.

Mereka tersenyum bersama dan ingatan itu pun kabur membentuk ruang gelap sangat gelap.

16.              BANGKU DEPAN KELAS  – JAM ISTIRAHAT.
Andrea menghela napas sebelum berjalan menemui Arga yang sedang melamun dan duduk di depan kelas. Andrea membawa sepucuk surat di tangannya. Berwarna biru cerah seperti warna yang disukai Rere sahabatnya yang kini telah meninggal.

ARGA
(menatap Andrea di depannya)
Rere…

ANDREA
(menghela napas)
Aku Andrea, bukan Rere, kak.

Arga mengucek matanya sebelum memandang Andrea untuk yang kedua kalinya.

ARGA
(mengela napas)
Oh, kamu, Ndre. Ada apa? Maaf aku masih belum terbiasa dengan kematian Rere.

ANDREA
(menyodorkan surat)
Aku bisa mengerti, kak. Ini surat terakhir dari Rere untukmu.

ARGA
(menerima surat)
Terima kasih.

ANDREA
(tersenyum dan menyentuh pundak Arga)
Kuatkan dirimu. Ikhlaskan dirinya. Aku yakin ia lebih bahagia di sana.

Setelah itu Andrea langsung pergi dari sana. Ia mengelap matanya yang sedikit berair. Setelah Andrea pergi, Arga membuka surat dari Rere.


Assalammualaikum Wr. Wb.

Hai, Arga, apa kabar? Semoga kau selalu dalam keadaan sehat dan dalam perlindungan Allah. Aku yakin saat kau menerima surat ini aku sudah pergi jauh dari sisimu. Maaf tak bisa berterus terang padamu sejak awal. Maaf aku tak bisa benar-benar membuatmu bahagia. Selama hidupku aku hanya bisa membuatmu tertawa tapi belum bahagia sepenuhnya. Maafkan aku karena hal itu. 
Oh, ya apa kau tahu. Aku bahagia di sini. Aku akan bertemu dengan papaku yang terlebih dahulu pergi menghadap Ilahi. Aku akan mulai mencarinya. Hehehe.
Aku harap kepergianku tak kan membuatmu sedih berlarut-larut. Mulailah lembaran baru. Kenang aku dalam ingatanmu, tapi jangan kurung ingatan itu hingga membuatmu tersiksa. Aku senang bisa mengenalmu dalam hidupku. Berjanjilah padaku kau akan menjalani hidup ini sebaik yang dulu saat kau membuatku tertawa.
Kadang hidup tidak berjalan seperti yang kita inginkan, tapi aku bersyukur karena Allah memberiku hidup yang indah. Bersama mama, Andrea, dan dirimu aku tidak pernah merasa kesepian. Kau harus berjanji, kau akan bahagia walau tanpa aku. Jaga dirimu baik-baik. Jangan lupakan aku.
Arga, terima kasih untuk hari-hari kita. Aku akan selalu mengingatnya sampai kita bertemu kembali di sini. Di alamku, jika Allah mengizinkan. Selamat tinggal. Aku mencintaimu.

Wassalammualaiku Wr. Wb.

Salam hangat

Rere


Arga menghela napas sebelum kembali memasukkan surat itu kedalam amplop. Ia membasuh wajahnya dengan kedua tangan, lalu tersenyum membayangkan wajah Rere.

ARGA
(tersenyum)
Aku akan bahagia, Rere.


TAMAT



Total Pageviews

Poll

Followers

About Me

Foto saya
Hai, aku Aulia Eka Putri Purnama. bisa dipanggil Al. duduk di kelas XI-MM di SMKN 1 Tuban. :))